Guruku [Al
Mukarromah Al Alim Al Allamah, Beliau, (semoga Allaah senantiasa memberi
kesehatan, perlindungan dan penjagaan untuknya, Aaamiin)] pernah berkata
kepadaku saat aku galau gara-gara Jomblo,
"Orang
bikin anak itu tidak mudah, Va. Malah sebenarnya sangat sulit sekali. Gak
moro-moro ketemu langsung jadi. Banyak orang berpikir nikmat dan enaknya saja
saat membuat. Sehingga dia lupa, bahwa benih yang dihasilkan bisa saja terlahir
menjadi anak setan"
sontak aku
terkejut. dalam hati bertanya, "bagaimana bisa menjadi anak setan?"
"Karena
dia lupa bersuci, lupa mengingat Tuhannya dan lupa hakikat untuk apa manusia
diciptakan".
aku
menerawang. mencoba meresapi apa yang dimaksud. sesaat aku tersenyum, yang
dimaksud adalah manusia yang berwatak seperti setan. seperti yang banyak sekali
terjadi akhir-akhir ini. (pembunuhan, pemerkosaan, penjambretan, bullying,
perbudakan, de-el-el). Jika begitu, apa bedanya dengan hewan? aku menyimpulkan.
Sedang dunia masih membutuhkan banyak 'kholifah' untuk terus memimpin dan
menyebarkan kedamaian di muka bumi.
"kau
paham?" tanya Beliau seraya tersenyum yakin bahwa aku sudah mengerti.
~~
Aaaah, Kakang! Siapa pun engkau, semoga kau sedang sibuk mempersiapkan diri menjadi calon Suami, calon Ayah dan calon orang tua yang baik untuk generasi bumi kelak. Menjaga apa yang dimakan, menjaga apa yang di ucap dan menjaga apa yg diperbuat. Aku pun akan menjaga diriku. Seperti Ayah dan Ibunda Said Nursi. Dan semoga aku dan kamu mampu. Aaamiin.
Aaaah, Kakang! Siapa pun engkau, semoga kau sedang sibuk mempersiapkan diri menjadi calon Suami, calon Ayah dan calon orang tua yang baik untuk generasi bumi kelak. Menjaga apa yang dimakan, menjaga apa yang di ucap dan menjaga apa yg diperbuat. Aku pun akan menjaga diriku. Seperti Ayah dan Ibunda Said Nursi. Dan semoga aku dan kamu mampu. Aaamiin.
~~
Karena
kagum atas kecerdasan Said, salah seorang gurunya berniat mengunjungi orang tua
Said di kampung halamannya; Nurs. Ketika sampai di sana, sang guru melihat ayah
Said yang bernama Mirza sedang menggiring dua ekor sapi betina dan seekor sapi
jantan yang diikat mulutnya.
"Kenapa Anda melakukan itu, Pak?" tanya sang guru.
"Sawah saya sangat jauh, dan melewati sawah-sawah orang. Saya khawatir saat melewati sawah-sawah itu sapi saya makan tanaman orang dan jadi haram," jawab Mirza.
Luar biasa! Lalu sang guru bertanya kepada Nuriye, ibunda Said, tentang bagaimana ia membesarkan putranya itu.
"Ketika saya mengandung Said, saya tidak pernah menginjakkan tanah ke kaki kecuali saya telah berwudhu terlebih dahulu. Dan ketika ia hadir ke dunia, tak seharipun saya menyusuinya tanpa menyucikan diri dengan berwudhu."
Sang guru kini telah menemukan apa yang ingin ia ketahui. Tentu saja, orang tua semacam mereka akan mendapatkan anak semacam itu.
"Kenapa Anda melakukan itu, Pak?" tanya sang guru.
"Sawah saya sangat jauh, dan melewati sawah-sawah orang. Saya khawatir saat melewati sawah-sawah itu sapi saya makan tanaman orang dan jadi haram," jawab Mirza.
Luar biasa! Lalu sang guru bertanya kepada Nuriye, ibunda Said, tentang bagaimana ia membesarkan putranya itu.
"Ketika saya mengandung Said, saya tidak pernah menginjakkan tanah ke kaki kecuali saya telah berwudhu terlebih dahulu. Dan ketika ia hadir ke dunia, tak seharipun saya menyusuinya tanpa menyucikan diri dengan berwudhu."
Sang guru kini telah menemukan apa yang ingin ia ketahui. Tentu saja, orang tua semacam mereka akan mendapatkan anak semacam itu.
Dinukil
dari www.santrijagad.org, oleh Zia Ul
Haq.
0 komentar:
Posting Komentar